Model Konsep Kurikulum
Macam-macam Model
Konsep Kurikulum. Secara umum pengertian kurikulum adalah alat yang yang berisikan
tujuan, isi, proses dan hasil, yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Dari
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika bagimanapun bentuk kurikulumnya
haruslah sesuai dengan tujuan awal pendidikannya. Namun bagaimanapun juga
bentuk kurikulumnya maka tidak akan banyak berguna jika digunakan pada zaman
yang salah.
Mengapa diakatakan zaman yang salah, hal ini berkaitan
dengan kehidupan manusia yang kian lama kian maju dan semakin canggih. Oleh
karenanya akan tidak relevan menggunakan kurikulum tradisional ditengah zaman
modern seperti sekarang ini. Tak berarti juga kurikulum harus berpatok pada
tekhnologi mengingat masih banyak daerah-daerah yang perkembangan tekhnologinya
masih tertinggal. Dengan kata lain penggunaannya masih harus disesuaikan dengan
lingkungan sekitar peserta didik dan tempat pelaksanaan proses belajar
mengajar. Namun harus tetap mampu menyiapkan peserta didik yang berguna dimasa yang
akan datang.
Model konsep kurikulum yang sangat erat
dengan aliran pendidikan ini telah banyak dikembangkan oleh para ahli.
Diantaranya ada 4 model konsep kurikulum yang sering dipelajari dan sering
digunakan. Empat model konsep kurikulum itu adalah kurikulum subjek
akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial, dan kurikulum
teknologis.
Berikut sedikit penjelasan singkat tentang 4 model konsep kurikulum di
atas:
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis ini merupakan kurikulum yang
mengutamakan isi (subject matter). Kurikulum ini berisikan kumpulan bahan ajar
dan rencana pembelajaran. Target utama dari kurikulum ini adalah penguasaan
materi yang sebanyak-banyaknya.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum subjek akademis (cooming soon)
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum subjek akademis (cooming soon)
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang
mengutamakan proses belajar mengajar. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
kebutuhan peserta didik. Peran guru sangat besar dalam memberikan suasana
belajar yang nyaman kepada peserta didiknya. Target utama dari kurikulum ini
adalah mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang mandiri.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum Humanistik (cooming soon)
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum Humanistik (cooming soon)
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial merupakan kurikulum yang
bertujuan mempersiapkan peserta didik agar dapat menghadapi tantangan dalam
dunia kerja. Kurikulum ini menuntut sekolah untuk dapat mengembangkan kehidupan
sosial siswa dan bagaimana siswa dapat bergabung atau berpartisipasi dalam
kehidupan masyarakat. lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di
=>> Kurikulum rekonstruksi sosial (cooming soon)
4. Kurikulum Tekhnologis
Kurikulum tekhnologis ini merupakan kurikulum yang menggabungkan
antara ilmu pengetahuan dengan tekhnologi (dalam artian positif). Dengan maksud
agar proses pembelajaran disekolah dapat lebih efektif dan efisien dengan
dukungan tekhnologi.
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum Tekhnologis (cooming soon).
lihat penjelasan lebih lanjut tentang kurikulum ini di =>> Kurikulum Tekhnologis (cooming soon).
MACAM-MACAM MODEL KURIKULUM DAN KONSEP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Macam-Macam Model Kurikulum
Ada 4 aliran atau teori pendidikan yang memiliki model
konsep kurikulum dan praktek pendidikan yang berbeda. Ke 4 aliran ini memiliki
karekteristik yang berbeda-beda, antara lain:
1. Kurikulum subyek akademis
Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik , yang berorientasi
pada masa lalu, isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu sesuai dengan
bidang disiplinnya para ahli , masing – masing telah mengembangkan ilmu secara
sistematis , logis , dan solid.
Model kurikulum ini adalah model yang tertua sejak sekolah yang
pertama berdiri, sampai sekarang walaupun telah berkembang tipe-tipe lain,
umumnya sekolah tidak biasa melepaskan tipe ini. Mengapa demikian? Kurikulum
ini sangat praktis, mudah disusun, dan mudah digabungkan dengan tipe lain.
Para pengembang kurikulum tidak perlu susah menyusun dan
mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih materi ilmu yang telah
dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara
sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang
akan mempelajarinya. Karena kurikulum ini mengutamakan pengetahuan, maka
pengetahuan lebih bersifat intelektual. Nama-nama mata pelajaran hampir sama
dengan disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, matematika, sejara, dan
sebagainya.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subyek akademis :
a)
Melanjutkan
pendekatan struktur pengetahuan , murid – murid belajar bagaimana memperoleh
dan menguji fakta – fakta dan buka sekedar mengingat – ingatnya.
b)
Studi yang
bersifat integratif ini merupakan respon terhadap perkembangan masyarakat yang
menuntut model – model pengetahuan yang lebih komprehensif – terpadu.
c)
Pendekatan yang
dilaksanakan pada sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasar mata
pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah matematis.
Pelajaran yang lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis
pemecahan masalah dalam kehidupan.
Ciri – ciri Kurikulum Subyek Akademis :
1.
Berkenaan dengan tujuan , metode , organisasi isi dan evaluasi
2.
Metode yang digunakan , ekpositori dan enquiri
3.
Organisasi isi antara lain:
a.
Correlated
curriculum
b.
Unified atau
Concentrated curriculum
c.
Integrated
curriculum
d.
Problem Solving
curriculum
4.
Evaluasi bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu
John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseau (romantic education).
Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari
asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan.
Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang.
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang
lebih menentukan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru.
Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu
upaya untuk menciptakan suasana yang permisif, rilek, dan akrab. Berkat situasi
tersebut anak dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa,
bagaimana merasakan dan bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari
linkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu
pendidikan: konfluen, kritikilisme radikal, dan minikisme modern.
Terdapat beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik
, antara lain :
a.
Konfluen ,
menekankan keutuhan pribadi. Individu merespon secara utuh ( pikiran , perasaan
, tindakan ) terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Kurikulum
Konfluen , menyatukan segi – segi afektif dengan segi – segi kognitif.
b.
Kritikisme Radikal
, bersumber dari aliran Naturalisme / Romantisme Rousseau
c.
Mistikisme Modern
, menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti
melalui sensitivity traning , yoga , dsb.
Beberapa ciri kurikulum konfluen :
a.
Partisipasi
b.
Integrasi
c.
Relevansi
d.
Pribadi Anak
e.
Tujuan
Karakteristik
Kurikulum Humanistik :
a.
Berkenaan
dengan tujuan , metode , organisasi isi dan evaluasi
b.
Menuntut
hubungan yang emosional yang baik antara guru dan murid
c.
Menekankan
integrasi
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan yang lainnya.
Kurikilum ini lebih memusatkan pada problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat. Kurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional. Menurut
mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi,
kerjasama. Kerjasama interaksi tidak hanya terjadi pada siswa maupun dengan
guru, tetapi juga antara siswa dengan siswi, antara siswa dengan lingkungan
sekitarnya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui kerjasama ini diharapkan
siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam masyarakat
menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sejak
1920-an. Hrold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama
ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan
para siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat
mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah sosial.
Di bawah ini ada beberapa desain kurikulum rekonstruksi
sosial yaitu, antara lain:
a.
Asumsi ,
menghadapkan siswa pada tantangan, ancaman , hambatan , gangguan yang dihadapi
manusia. Tantangan tersebut perlu didekati dari bidang – bidang seperti
ekonomi , sosiologi , psikologi , dll. Hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
b.
Masalah –
masalah sosial yang mendesk.
c.
Pola – pola
organisasi. Pada tingkat sekolah menengah , pola oragnisasi disusun seperti
sebuah roda , ditengah sebagai poros masalah yang menjadi tema utama , di bahas
secara pleno.
Komponen
– komponen kurikulum , yaitu:
1.
Tujuan dan isi
kurikulum
2.
Metode
3.
Evaluasi
Sedangkan “pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial”, yaitu
“rekonstruksi sosial” banyak dilaksanakan didaerah yang belum maju dan tingkat
ekonominya masih rendah. Pengajaran diarahkan untuk meningkatkan kondidi
kehidupan mereka sesuai potensi yang ada dalam masyarakat , biaya dari
pemerintah.
4. Teknologi dan Kurikulum
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dibidang pendidikan berkembang juga teknologi pendidikan. Aliran ini ada
persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi
diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada
penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang lebih besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih sempit dan ahirnya menjadi prilaku-prilaku yang dapat
diamati atau diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada
dalam dua bentuk, yaitu perangkat lunak(software) dan perangkat
keras(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dikenal dengan teknologi
alat(tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak dikenal
dengan teknologi sistem(system tecnoligy).
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan , khusunya kurikulum
dalam 2 bentuk yaitu :
1.
Perangkat lunak , disebut teknologi sistem
Pada bentuk ini pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang
canggih , tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secara sistem ,
alat dan media disesuaikan tetapi tidak terlalu dipentingkan
2.
Perangkat keras , disebut teknologi alat
Pengajaran
disusun secara sistem , dan ditunjang dengan alat dan media pembelajaran. Alat
dan media belum terintegrasi dengan progam pembelajaran , bersifat “ on –
off “
Bentuk lain yang ditawarkan selain 2 poin diatas adalah progam
pengajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran
dengan alat dan media , misal dalam bentuk kaset audio , video atau film , atau
diprogamkan dalam komputer.
Ada beberapa ciri kurikulum teknologi :
1. Tujuan diarahkan pada penguasaan
kompetensi yang dirumuskan dalam perilaku.
2. Metode , langkah – langkahnya sbb
:
a.
Penegasan
tujuan
b.
Pelaksanaan
pengajaran
c.
Pengetahuan
tentang hasil
d.
Organisasi
bahan ajar
e.
Evaluasi.
B. Konsep Pengembangan kurikulum
Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum
sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh
yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan
harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Oleh
karena itu pengembangan kurikulum hendaknya bersifat antisipatif, adaptif, dan
aplikatif. Situasi masyarakat sekarang dan yang akan datang dapat diantisipasi
diantaranya perubahan dari masyarakat agraris ke industri; pengembangan IPTEKS;
pengangguran intelek dan terbatasnya lapangan kerja, masyarakat yang komplek
tetapi bersifat individualitis, pengaruh globalisasidan adanya revolusi arus
informasi dan sebagainya.
Pada era pembangunan seperti sekarang ini, pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan link and match antara out put
dengan lapangan kerja yang diperlukan. Untuk mencapai harapan terlaksananya
tidak mudah. Kita harus mengetahui gap antara das Sein dan das Sollen,
antara kenyataan dengan harapan, antara saya dapat dengan saya ingin. Kita
ingin biasanya bersifat sangat ideal dan sulit dicapai. Untuk dapat pencapaian
harapan yang mampu dicapai itupun perlu adanya berbagai faktor yang mendukng
dan program yang aplikabel.
Sejatinya, kurikulum tidak hanya berisi serangkaian petunjuk teknis
materi pembelajaran. Lebih dari itu, kurikulum merupakan sebuah program
terencana dan menyeluruh, yang menggambarkan kualitas pendidikan sebuah bangsa.
Dengan sendirinya, kurikulum memegang peran strategis dalam kemajuan bangsa
tersebut.
Dalam hal ini terdapat 3 poin yang menjelaskan konsep pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Obyek yang dikembangkan, antara
lain:
§ Berbagai program pendidikan yang berisi kegiatan pendidikan dan
pengajaran;
§ Yang dirancangkan, direncanakan, dan diprogramkan secara
sistematik;
§ Lembaga pendidikan merencanakan berdasar kriteria-kriteria:
Pancasila; UUD 1945; GBHN; Peraturan Pemerintah; Kepmen; norma-norma yang
berlaku;kebutuhan peserta didik; pengembangan IPTEKS dan sebagainya;
Sedang
pihak sekolah dapat mengembangkan komponen pokok yang berupa struktur program
yang berisi:
a.
Jenis-jenis
mata pelajaran dan pengelompokkannya;
b.
Alokasi waktu
setiap program;
c.
Susunan mata
pelajaran, termasuk di dalamnya mata pelajaran wajib lulus dan wajib tempuh.
Pihak
jurusan dapat mengembangkan mengenai silabus yang berisi:
a.
Jumlah mata
kuliah persemester dan jumlah SKS persemester.
b.
Tujuan mata
kuliah
c.
Sumber bahan,
luas bahan serta urutan-urutan bahan;
d.
Sistem
penyampaian;
e.
Media
f.
Pedoman
evaluasi hasil belajar
2. Subyek yang mengembangkan.
Yang mengembangkan kurikulum adalah orang-orang yang terkait dengan
masalah kurikulum, yaitu:
§ Pihak produsen: Berbagai ahli
yang sesuai yang ada pada lembaga pendidikan. Misalnya beberapa nara sumber
yang ada di Dinas Depdiknas, Dinas P dan K, Dikti, Dikdasmen Puskur, guru-guru
yang ahli dalam bidangnya dan sebagainya.
§ Pihak konsumen: Dapat diambil
dari nara sumber yang berada pada berbagai perusahaan, perindustrian, bank,
BUMN, Dinas yang terkait dan sebagainya.
§ Pihak lain yang relevan: Pedagang,
Psikolog, Filosof, Sosiolog, Metolog, Teknologi pendidikan, ahli bidang studi
yang ada pada kurikulum yang sedang disusun.
§ Pihak Guru: Beberapa guru senior yang memenuhi
syarat.
3. Pendekatan pengembangan
Pada dasarnya ada tiga pendekatan dalam perencanaan dan
pengembangan kurikulum, yaitu :
a.
Pendekatan Berdasarkan Materi
Perencanaan
dan Pengembangan kurikulum berdasarkan materi, inilah yang mula-mula
dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh pemilihan
materi. Pembahasn mengenai pembaharuan kurikulum terutama hanya membahas
bagaimana sumber bahan dapat berkembang. Rogers mengungkapakan perencanaan dan
pengembangan kurikulum yang berdasarkan materi yang akhirnya menuju ke tujuan
pendidikan.
b.
Pendekatan Berdasarkan Tujuan
Seperti
tertera pada hirarki Tujuan Pendidikan di Indonesia terdiri atas Tujuan Nasional
--- Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Institusional --- Tujuan Kurikuler.
Tujuan Intruksional, yang terbagi lagi menjadi Tujuan Instruksional Umum dan
Tujuan Instruksional Khusus. Masing-masing tujuan yang ada dibawahnya terkait
secara langsung dengan tujuan yang ada di atasnya.
Penyusunan
kurikulum dengan pendekatan berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan
dicatumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN.
Dari tujuan inilah dijabarkan menjadi tujuan-tujaun yang lebih terinci, yang
akhirnya ke tujuan yang bersifat operasional. Dari tujuan yang bersifat
operasional yang biasanya berupa TIK inilah dicari topik-topik pembahasan yang
lengkap, yang nantinya akan menjadi GBPP. Akhirnya tersusunlah kruikulum dengan
silabus (GBPP) yang terurai. Langkah berikutnya dari TIU ke TIK kemudian
dijabarkan pada SAP.
c.
Pendekatan Berdasarkan Kemampuan
Sebetulnya
penyusunan kurikulum berdasarkan kemampuan pada dasarnya sama dengan penyusunan
kurikulum berdasarkan tujuan. Hanya kalau kurikulum berdasarkan kemampuan itu
tujuannya lebih oprasional dari kurikulum yang berdasarkan tujuan.
Pertanyaannya memang praktis, mislnya mahasiswa selesai kuliah akan mempunyai
kemampuan apa? Atau dengan kata lain apakah semua kegiatan proses belajar
mengajar menuju kemampuan yang diharapkan oleh lulusan lembaga tersebut. Oleh
karena itu dapat bi ibaratkan bahwa kemampuan yang akan dicapai itu merupakan
tujuan institusional, sedangkan tujuan kurikulum yaitu berupa berbagai sub
kemampuan yang masing-masing berorientasi pada profesi.
Bentuk-Bentuk Kurikulum
1.
Subject
Matter/Subject Centered Curriculum
Yaitu kurikulum
yang terdiri atas mata pelajaran yang terpisah-pisah. Materi yang di pelajari
oleh siswa telah disusun secara logis oleh para ahli bidang studi.
Keuntungan:
a.
Mata pelajaran terdiri atas pengetahuan yang
telah disusun secara logis dan sitematis.
b.
Mata pelajaran dianggap sebagai alat yang
sesuai untuk mengembangkan intelektual seseorang.
c.
Sejalan dengan konsep-konsep yang telah ditata
sesuai dengan proses pendidikan
d.
Sebagai pewarisan pengetahuan yang telah
berabad-abad dikembangkan sehingga kita menghargai pendahulu kita.
e.
Penyusunannya mudah dilakukan
Kelemahan:
a.
Belum tentu sesuai dengan latar belakang anak,
sehingga anak-anak sering menghafal tanpa pengertian.
b.
Terlalu mementingkan perkembangan intelektual,
mengabaikan perkembangan sosial, emosional dan pendidikan watak.
c.
Karena mata pelajaran terpisah-pisah, kurang
memberikan bekal pemecahan masalah kehidupan secara integratif.
d.
Kurang memperhatikan fungsionalnya dalam
kehidupan, sehingga anak-anak kurang terlatih untuk menghadapi masalah
kehidupan yang sebenarnya.
2.
Broad
Field/Fused/Correlated Curriculum
Yaitu kurikulum yang disusun dengan mengkorelasiakn atau menggabungkan sejumlah
mata pelajaran sejenis. Contohnya: IPS, IPA, Matematika, bahasa Indonesia, dan
Kesenian.
Keuntungan:
a.
Dimungkinkan adanya pemberian pengertian yang
lebih kaya dengan adanya kaitan antar matapelajaran.
b.
Lebih menarik bagi anak.
c.
Anak mulai dapat memanfaatkan kesatuan
matapelajaran untuk meninjau berbagai persoalan hidup.
Kelemahan:
a.
Kurang memberikan disiplin tinjauan
spesialisasi matapelajaran.
b.
Kurang memberikan pengetahuan mendalam pada
masing-masing matapelajaran.
c.
Sering terlampau abstrak, karena hanya
memberikan prinsip-prinsip dasar dan tema-tema tertentu.
3.
Integrated
Curriculum
Yaitu kurikulum yang diorganisasikan dalam
bentuk unit-unit tanpa harus ada matapelajaranatau bidang studi. Pembelajaran
dilaksanakan dengan “unit teaching” dan materinya menggunakan “unit lesson”.
Pelajaran disusun guru dan murid, mengnadung suatu masalah yang luas,
menggunakan metode “problem solving”, sesuai dengan minat dan perkembangan
anak.
Keuntungan:
a.
Didasarkan atas pengalaman dan minat anak.
b.
Menggunakan beragam kegiatan untuk memecahkan
masalah
c.
Guru dan murid bersama-sama merencanakan.
d.
Integrasi semua matapelajaran
e.
Memberikan pengalaman langsung kepada anak.
f.
Pelajaran sesuai dengan kehidupan anak
g.
Memperhatikan perbedaan individual anak
h.
Mengembangkan ketrampilan-ketraampilan
fungsional
i.
Menggunakan lingkungan sebagai sumber pelajaran
j.
Banyak memberikan ketrampilan sosial
k.
Menggunakan psikologi Gestalt dalam
pembelajaran.
Kelemahan:
a.
Kurang mempersiapkan anak mengikuti ujian
tradisional selama ini
b.
Memerlukan fasilitas pembelajaran yang belum
dimiliki oleh sekolah
c.
Tidak memberikan pengetahuan yang logis dan
sistematis
d.
Memberatkan tugas guru
e.
Lebih mengutamakan proses daripada materi
f.
Manajemen pembelajarannya sangat sulit.
4.
Core
Curriculum
Yang kurikulum inti ysng diberikan kepada semua murid untuk mencapai keseluruhan
program kurikulum secara utuh. Contoh di Indonesioa adalah: Agama dan PPKN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar